Wednesday 30 November 2011

Sang Penari

Film ini terinspirasi dari novel trilogi karya Ahmad Tohari yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk atau The Dancer dalam versi cetakan berbahasa Inggrisnya. Film ini berlatar belakang kehidupan sebuah desa di Jawa yang bernama Dukuh Paruk dengan Srintil yang merupakan seorang ronggeng sebagai tokoh utamanya. Film dibuka melalui adegan terguncangnya Dukuh Paruk dengan keracunan massal tempe bongkrek yang menewaskan banyak warganya. Peristiwa tersebut juga menewaskan ronggeng dari Dukuh Paruk dan sejak saat itu belum ada perempuan dari Dukuh Paruk yang kembali menjadi ronggeng.

Alur cerita kemudian maju beberapa tahun kemudian, ketika Srintil (Prisia Nasution), anak gadis penjual tempe bongkrek, telah tumbuh menjadi perempuan dewasa. Srintil yang sejak kematian orang tuanya diasuh oleh kakeknya Sakarya (Landung Simatupang), meyakini bahwa takdirnya adalah menjadi ronggeng. Sayangnya keinginan tersebut tidak akan terwujud jika dukun ronggeng, Kertareja (Slamet Raharjo), tidak melihat adanya pertanda dari leluhur bahwa Srintil ditakdirkan menjadi Ronggeng. Namun dengan bantuan teman masa kecilnya, Rasus (Oka Antara), Srintil akhirnya berhasil disetujui jadi ronggeng. Kertareja dan istrinya, kemudian “memoles” Srintil hingga menjadi ronggeng yang termahsyur. Kesenian ronggeng di Dukuh Paruk menjadi hidup kembali. 
“Jadi ronggeng tidak hanya perkara urusan nari, tetapi juga urusan kasur, urusan dapur, dan urusan sumur"
Demikian kutipan pesan dari Nyai Kertareja kepada Srintil. Menjadi ronggeng memang bukan sekedar menari, tetapi ronggeng juga memiliki tugas dan posisi sakral bagi masyarakat setempat, diantaranya melayani seks pria yang mampu membayarnya mahal. Namun tidak seperti halnya pelacur rendahan, tugas ini justru dianggap terhormat, dan bahkan semua orang berlomba-lomba agar dapat bersama Srintil dalam tradisi “buka kelambu” tersebut. 


Kemahsyuran Srintil di sisi lain membuatnya harus mengorbankan cintanya kepada Rasus, teman masa kecil yang ia cintai dan juga mencintainya.“Aku tidak rela melihat kamu seperti pohon kelapa, yang bisa dipanjat oleh siapa saja” ucap Rasus dalam bahasa Jawa Banyumas yang kental. Namun tekad Srintil untuk menjadi ronggeng tak tergoyahkan. Rasus kemudian memilih keluar dari Dukuh Paruk dan menjadi anggota TNI.

“Kamu dan aku sekarang sudah beda, Srin…….” Ujar Rasus menegaskan perbedaannya dengan Srintil sekaligus menoreh kesedihan di hati keduanya.

Sepeninggal Rasus, Dukuh Paruk disusupi oleh ideologi dari PKI. Ketidakmengertian warga Dukuh Paruk membuat mereka tidak menyadari betapa berbahayanya keterlibatan mereka dengan PKI. Hingga satu hari, Dukuh Paruk yang dianggap sudah “merah” oleh pemerintah, akhirnya digerebek oleh TNI. Warganya ditangkap dan dibantai karena paham  komunis yang bahkan tidak mereka mengerti. Sebuah penangkapan yang membuat Rasus harus berjuang untuk kembali menemukan Srintil.
Menurut saya film ini sangat menarik dan baik untuk di konsumsi masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang mungkin tidak banyak mengenal sastra lama negerinya yang sesungguhnya kaya. Selain itu film ini juga memotret situasi Indonesia pada tahun 60-an dengan dengan segala problematikanya, propaganda politik, kebodohan masyarakat, pembantaian massal, serta tradisi lokalnya. Visualisasi yang disuguhkan terasa tepat dan tidak berlebihan. Pemilihan pemeran juga pas dengan pengkhayatan yang bisa dikatakan sukses, khususnya dialog-dilaog yang disuguhkan dengan bahasa daerah dan dapat diucapkan dengan baik dan wajar oleh para aktor. Sayangnya, saya sendiri belum membaca trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang menjadi inspirasi dari film ini sehingga saya belum mempunyai kapasitas yang cukup untuk membandingkan keduanya.

Lihat cuplikan "Sang Penari"

Thursday 24 November 2011

Di balik Jendela Kereta

Di balik jendela kereta menuju Yogyakarta, aku tergoda. Untuk diam-diam menatapi wajah. Mencuri pandang ekspresi. Mendengar bisik-bisik percakapan. Mungkin untuk membunuh waktu. Mungkin juga karena dengan begitu kusadari bahwa di balik tubuh-tubuh yang bergerak terdapat kehidupan. Terdapat kisah. Menyadari bahwa setiap rumah, toko, jalanan yang kulihat dari balik jendela kereta memiliki penghuni, juragan, pejalan, yang masing-masing juga punya kisah. Megah ataupun sendu. Namun juga nyata. Menyadari bahwa kita bukanlah satu-satunya yang punya cerita dan rasa.

Kadang-kadang kita perlu melihat ironi agar lebih empati. Perlu analogi agar dapat berefleksi.

Atau mungkin, sekedar duduk diam di balik jendela kereta bisnis tanpa pendingin, untuk bisa menyadari realita.

(dan kereta Fajar Utama terus melaju menuju Yogyakarta)

Friday 11 November 2011

Menabung Rindu

Duniaku seolah terbalik ketika kita bertemu lagi. Jika duniaku adalah sebuah telur yang terdiri dari cairan bening kental dengan cairan kuning sebagai intinya, maka kamu adalah sebentuk tangan manusia yang menggengam telur itu, kemudian mengguncang-guncang telur itu dengan demikian kencang hingga cairan putih dan kuningnya bercampur. Hingga aku bahkan tidak paham lagi bagian mana yang menjadi intinya.

Mungkin karena sebenarnya kamulah inti dari kehidupanku. Entah sejak kapan. Entah sampai kapan. Tapi untuk saat ini, aku rasa demikian.

Sudah beberapa bulan sejak pertemuan terakhir kita yang berakhir luka di hatiku. Namun saat kamu mengirim pesan dan bertanya “Apa kabar”, aku langsung menyambarnya sebagai sebuah kesempatan. Kesempatan bertemu yang tak pernah bisa kau janjikan kapan. Aku seperti kucing lapar yang rakus menerkam sisa-sisa tulang ikan.

Hingga jadilah aku,  kamu, dan sebuah pertemuan.

Setiap pertemuan denganmu adalah proses. Proses untukku merekam setiap tatapan, sentuhan, kata-kata. Proses memanjakan pikiranku dengan ide-ide segarmu, lelucon nakalmu, dan kisah-kisah serumu selama kita berpisah. Proses mereguk manisnya kecupan, lembutnya belaian, dan eratnya genggaman. Proses menghirup aroma tubuhmu yang harum bercampur bau rokok ketika kamu membenamkan diriku dalam pelukanmu. Lalu semua proses itu akan ku akumulasikan dalam sebuah kotak berlabel memori. Tempat aku menabung seluruh rinduku untukmu.

Seluruh proses itu terjadi hanya dalam sesaat pertemuan kita. Hingga nanti ketika kamu pergi lagi untuk waktu yang ku tak tahu sampai kapan, maka aku akan membuka kotak memori itu. Sedikit demi sedikit, aku akan memutar kenangan tentangmu. Tentang kita. Tentang kebersamaan yang rasanya selalu tak mencukupi.

Aku akan bertahan dengan seluruh memori itu. Aku akan bertahan hingga hari di mana kita akan bertemu lagi. Hari di mana kita seolah tak berjarak dan seolah tak pernah berpisah.

Aku akan menunggu.

Aku hanya berharap hari itu akan datang lebih cepat, karena demi Tuhan kenangan itu semakin samar. Persediaan obat penahan rinduku sudah semakin tipis dan aku harus kembali menabung kepingan-kepingan rindu itu.

Maka kembalilah lebih cepat kali ini.

STUPIDO RITMO

You and I painting rainbows when no rain falls on our wall
Smelling raindrops on a hilltop as they fall
You and I laughing loudly with no reasons in our walk
Chasing sunsets, dancing minuet in the dark
Why don't we just disappear
If that could keep us here?

You and I sharing snow fall and the beach sand in our thoughts
Writing love words with our whispers in our hearts
You and I stealing kisses from each other when we fight
Making wishes on the same star every night
Why don't we just dream away
If that could make us stay?

Why can't we just dream away?
We're not real, anyway
ta ra ta ta ta ta ta ra ta ta
ra ta ta ra ta ta ta ra
ta ra ta ta ta ta ta ra ta ta
ra ta ta ra ta ta ta ra
Why don't we just stay this high?
Pretend we're all that fly
Why can't we just stay this high?
We might rule our own sky

You and I singing solo our very own silly song
Playing lovers of all edens all life long
All life long

All life long

(song by Float)
click to hear Stupido Ritmo


I play this song more than a hundred times through i tunes, ipodand especially in my head.My heart sing every verse that describes about me and you.

Friday 4 November 2011

15k IDR And I Can't Expect More Happiness

       Setelah mengenal teman-teman saya pada post sebelumnya, sekarang saya akan cerita tentang pertemuan dengan mereka pada hari Jumat, 4 November 2011 lalu. Jadi, setelah lulus SD, saya dan teman-teman saya ini sekolah di tempat yang berbeda (saat SMP saya dan Rassya masih satu sekolah). Hal ini berlangsung sampai kuliah, walaupun saya dan Adry sama-sama kuliah di FISIP UI (dengan jurusan yang berbeda). Nah, karena itu kami susah sekali kalau mau bertemu. Untungnya, setelah kuliah dan waktu sedikit lebih fleksibel, saya dan mereka jadi agak sering bertemu dibanding ketika sekolah dulu. By the way, saya adalah tipikal orang yang senang menghabiskan waktu dengan teman-teman dekat saya. Makanya saya selalu bersemangat setiap ada janji jalan atau main. Khususnya dengan Tiza, Adry, dan Rassya, setiap pertemuan rasanya tidak pernah ada yang tidak menyenangkan. Saya selalu se-excited itu kalau mau bertemu dengan mereka. Rasanya seperti mau kencan pertama kali (walaupun sudah tak terhitung berapa kali kami spending time together dari zaman SD).
      Jadilah hari itu kami berencana bertemu. Kebetulan kuliah saya lagi libur. Pertemuan kali itu dengan agenda business meeting. Terdengar gaya ya? Singkatnya kami ada rencana untuk membuat satu bisnis bersama, namun saya belum bisa cerita banyak tentang itu. Saya dan Tiza yang pertama kali sampai di Gandaria City. Hari itu Tiza baru potong rambut ala Chibi Maruko Chan, baru datang saja saya sudah mau tertawa melihatnya. Setelah window shopping beberapa saat, kami memutuskan untuk lunch di Lokananta Terrace Resto sambil menunggu yang lain. Tidak lama, Rassya datang sambil membawa suasana heboh seperti biasa. Dari situ saja saya sudah makin tertawa. Setelah makan dan sedikit ngobrol tentang business plan kami, saya dan Rassya malah ngotot mau foto-foto di laptop milik Tiza. Padahal baterainya tinggal sedikit dan Tiza tidak membawa charger dan baterainya bocor pula. Saya dan Rassya tetap memaksa. Akhirnya kami foto-foto dengan menggunakan efek favorit (glowing effect). Ini dia foto-fotonya:
Rambut Chibi Maruko Chan-nya Tiza
Glowing Effect di Macbook Photobooth
Ini Yang Disebut Rassya "BULE"
Bagian ngocolnya adalah waktu Rassya bilang ke Tiza, "Beh, lihat deh ini ada bule! Babeh mau nggak temenan sama bule? Lihat gue sama Annisa udah cocok kan jadi adiknya Manohara?" hahahha. Goblok banget kan? Geli? Saya juga kalau baca dari blog ini. Tapi sumpah kalau liat kejadian aslinya pasti bakal ngakak banget. Kebodohan tidak berhenti di situ, setelah Adry sampai, kami masih meneruskan foto-foto. Bahkan kami memutuskan foto box.
       Rassya bilang, ada foto box murah yang harganya cuma 15 ribu dan pasti puas kalau foto di sana. Ya sudah akhirnya kita coba foto di foto box itu, kalau tidak salah namanya Love Story Slim atau Love Sweet Slim. Memang norak sih foto box ala Korea ini, tetapi ternyata memang SEPUAS ITU. Jadi kita bisa pilih background yang diinginkan. Nah, background-nya ini aneh-aneh, ada yang suasana ruang kelas, kamar mandi, ala ala naik vespa, di dalam kereta api, dan banyak lagi. Jadi otomatis, pose kita mengikuti background itu. Pada prosesnya benar-benar seheboh itu dan selucu itu, sampai saya ngakak dan ingin pipis. Apalagi melihat mukanya Tiza yang super menghayati di setiap foto. Setelah foto, kita bisa juga mengedit hasilnya, kalau mau ditambahkan efek tertentu misalnya tulisan, atau template-template lucu.
Edit Semau Anda Sampai Puas!
Our Idiot Expression
       Setelah foto box sampai 2x, akhirnya kita lelah juga tertawa-tawa seperti orang sinting. Coba bayangkan, empat perempuan muda dewasa, foto box dengan kelakuan anak SMP. Hal seperti itu yang saya rasa tidak akan pernah berubah dari pertemanan kami. Internal jokes yang kadang cuma kami sendiri yang bisa mengerti di mana titik lucunya, dan kelakuan tidak tahu malu yang mungkin tidak akan kami lakukan kalau bersama orang lain. Acara jalan-jalan kemudian dilanjutkan dengan Rassya dan Adry membeli make up di Skin Food Store kemudian dinner di Nanny's Pavilion. Menyenangkan. Selalu menyenangkan.
       Favorit saya adalah saat Rassya bilang, foto box tadi cocoknya diberi nama "15 ribu Bahagia". Karena Harganya cuma 15 ribu, dan efeknya memang bikin kami bahagia setelah foto. Bahkan di perjalanan pulang saya masih senyum-senyum sendiri di dalam bus ketika melihat kembali foto-foto box itu.

15 ribu dan saya segembira ini. Setiap tawa dalam kebersamaan kami, rasanya saya tidak bisa berharap lebih lagi daripada itu :)

I Can't Expect More Happiness :')

Let Me Introduce My Besties

       Saya masih saja terkekeh sendiri kalau mereka ulang apa yang terjadi hari ini. Hari ini adalah hari Jumat, hari favorit saya dalam satu minggu. Hari yang istimewa karena merupakan hari antara. Antara hari kerja dan hari libur. Apalagi, hari ini kuliah saya libur. Kemudian saya dan sahabat-sahabat lama saya membuat janji untuk bertemu. Mungkin sebelum masuk ke cerita pengalaman hari ini (yang akan saya tulis di post berikutnya) ada baiknya saya perkenalkan dulu sahabat-sahabat saya ini supaya lebih mudah dibayangkan ya hehe.
       Saya punya banyak sahabat baik yang saya temui dalam setiap jenjang pendidikan yang saya tempuh. Ada sahabat masa SD, SMP, SMA, dan kuliah. Namun yang paling lama saya kenal adalah sahabat-sahabat saya ketika SD. Menariknya, persahabatan bocah bau kencur itu berlangsung sampai hari ini tanpa ada sedikitpun yang berubah di antara kami. Yah, kecuali kalau pertambahan usia dan jarangnya intensitas pertemuan dihitung sebagai perubahan. Well, inilah mereka!
Adriana Ardiwinata
Adry adalah sahabat pertama yang saya punya. Saya dan Adry sudah saling kenal dan bersahabat sejak masih TK. Kira-kira waktu itu usia kami baru 4 tahun. Di dalam kelompok permainan kami, Adry adalah sosok yang paling dewasa, manis, dan anggun. Makanya sering dianggap 'kakak' bagi yang lain. Saat ini Adry merupakan mahasiswi jurusan Sosiologi, Universitas Indonesia, angkatan 2009. Menggemari warna pink dan hal-hal yang berbau Korea. Memiliki bisnis merchandise artis korea yang ia desain sendiri.
Tiza Caesara Nasution
Nah, sahabat saya yang berikutnya namanya Tiza. Gadis muda campuran Batak dan Manado yang fisiknya seperti Tionghoa. Jadi agak susah juga dideskripsikan, silahkan lihat saja ke foto di atas ya. Tiza adalah sahabat saya yang selalu unik, baik dari penampilan maupun pemikiran. Ceroboh, cuek, dan agak seenaknya. Terkadang lucu (sekaligus menyebalkan) karena kenaifannya. Saat ini ia sudah lulus dari LaSalle College, jurusan Fashion Business dengan gelar diploma. Saat ini sedang mencari pekerjaan tetap dengan gaji lumayan yang berkaitan dengan fashion (mari kalau ada lowongan dibantu ya teman saya ini). Lebih suka makan sayuran daripada daging. Hobi berpakaian dan memotong rambut dengan gaya yang eksentrik
Rassya Karlita Anindiati
Sahabat SD saya yang terakhir adalah Rassya Karlita Anindiaty. Kebalikan dari Adry, Rassya ini kebagian jatah sebagai yang kita anggap 'adik'. Kepribadian Rassya memang manja, lucu, dan menggemaskan sekali hahaha. Meskipun rasanya akhir-akhir ini ia sudah menjadi lebih dewasa. Di antara yang lain teman saya ini paling suka belanja, cenderung hedon kalau tidak ditahan.Saat ini Rassya merupakan mahasiswi Business Management dari Universitas Bina Nusantara angkatan 2009.

Sudah? Kalau begitu saya akan cerita di posting berikutnya yaa :)

Thursday 3 November 2011

GK Sunset

"Let the torch of heaven shine your memories" 
       Demikian bunyi tagline dari sebuah acara yang diadakan oleh anak-anak SMAN 70. Acara tersebut bertajuk GK (Gelar Kreativitas), sebuah acara tahunan yang bertujuan untuk merayakan ulang tahun SMAN 70. Tanggal 31 Oktober 2011 kemarin tepatnya, GK kembali digelar dengan mengusung tema GK Sunset. Setiap tahunnya GK memang memiliki tema yang berbeda. Di tengah pekan UTS ini, saya menyempatkan diri untuk datang ke acara yang tidak pernah saya lewatkan ini. Bukan karena saya terjebak dalam masa lalu, tetapi karena GK selalu menawarkan kejutan setiap tahunnya yang sungguh sayang jika dilewatkan.
       Sore itu, saya bersama teman saya Charina Septyandari dan Etha sampai di Bulungan sekitar pukul 17.30. Acara memang sudah dimulai sejak pagi, namun alumni biasanya baru hadir saat menjelang malam. Saat itu langit sudah sangat mendung. Bahkan, saat berangkat dari UI, Depok, hujan lebat telah turun. Menjelang Magrib, benar saja, hujan turun cukup deras. Saya sempat khawatir hujan tidak berhenti seperti yang terjadi pada GK Stone 4 tahun lalu (ketika angkatan saya menjadi panitia). Namun alhamdulillah, sekitar jam 7 kurang, hujan berhenti dan acara dilanjutkan kembali.
       Meskipun entah sudah berapa kali datang ke GK, saya tetap saja selalu terpesona. Menurut saya, setiap tahun GK selalu menjadi lebih baik dan megah. Kali ini GK menghadirkan bintang tamu yaitu Soulvibe, Steven Jam, Netral, Kahitna, dan Naif. Sungguh luar biasa mewah untuk sebuah acara internal yang diadakan anak SMA. Belum lagi yang membuat saya lebih kagum adalah dekorasi acara yang maksimal. Mulai dari welcome gate, panggung yang megah (dilengkapi big screen di sisi kiri-kanan panggung), stand bazaar yang luas, dan berbagai elemen pendukung yang dibuat sedemikian rupa untuk menghadirkan suasana pantai (karena memang temanya sunset). Bagus, benar-benar bagus. Entah ini bagian dari primordial saya sebagai anak 70 atau bagaimana, tetapi hanya di 70 saya bisa menemukan kombinasi sempurna dari kepanitiaan yang solid, biaya yang mengalir lancar, dan pertunjukan yang spektakuler. Hanya di 70 hal-hal yang mustahil bisa terjadi. Hanya 70 yang memiliki keajaiban seperti itu.

Cool Welcome Gate At GK Sunset
Foto Bersama Velvet!
 Dinda Purnamasari dan Saya

       Sayang, tidak banyak foto yang bisa saya tampilkan. Saya tidak punya kamera sehingga kalau foto-foto pasti nebeng di kamera milik orang lain hehe. Mungkin nanti saya akan membeli kamera supaya bisa memberikan ilustrasi yang mendukung untuk blog ini. Yang jelas saya senang bisa menyempatkan diri hadir di GK. Cukup mengobati kerinduan akan masa SMA meskipun Intervet-Velvet (angkatan saya) yang hadir malam itu tidak seramai biasanya karena banyak yang sedang menjalani UTS. Oh ya, dan feel menjadi 'angkatan tua' memang tidak terhindarkan! I feel so old now :')

See ya at the next GK!

Pertama

Ini adalah posting pertama saya. Mungkin ini adalah awal dari postingan-postingan berikutnya. mungkin setelah ini saya akan banyak berbagi pemikiran dan perasaan saya melalui blog ini. Mungkin juga saya hanya akan berhenti menulis di post ke-16 karena tidak cukup produktif. Mungkin. Mengapa saya menulis dan mengapa saya membuat blog adalah dua hal yang berbeda.
Saya menulis karena kecintaan pada aksara. Mungkin juga karena saya lebih nyaman bertutur melalui tulisan daripada bahasa verbal. Mungkin saya haus apresiasi. Mungkin juga karena saya sekedar galau.
Namun saya membuat blog mungkin lebih karena teman-teman yang peduli, mereka yang pernah membaca tulisan saya sebelum ini melalui media lain  (facebook note) . Mungkin juga karena rasanya aneh bagi seorang yang suka menulis, namun tidak memiliki ruang untuk mempublikasikan karyanya. Mungkin saat ini saya sedang coba membangun sebentuk portofolio yang saya harap bisa bermanfaat suatu hari nanti.

Mungkin. Mungkin. Mungkin.
Selamat menikmati apa yang Peramu Aksara sajikan :)