Sunday, 8 April 2012

TANDA BACA: Ketika Sebuah Titik Berarti Segalanya

Kira-kira seminggu yang lalu, pada suatu dini hari saya terbangun dan refleks mengecek timeline Über-social. Suatu kebiasaan yang saya lakukan setiap kali terbangun pada jam-jam dimana saya belum seharusnya bangun. Kemudian sambil membaca sepintas, saya meretweet twit seorang teman saya. Begini tulisannya,

@mariaanatasiaa: kalau kata dalam sms-nya tidak banyak, disertai dengan beberapa titik di belakangnya, maksudnya apa ya?

Saya meretwitnya karena merasa senasib. Maria—nama teman saya itu—bingung karena padanan tanda baca pada pesan singkat yang ia terima. Nah, saya sendiri seringkali juga merasakan hal yang sama: saya suka memikirkan maksud (perasaan / mood) pengirim teks dengan menganalisa pilihan kata, penggunaan huruf, dan padanan tanda baca yang ia gunakan. Tidakah kamu sering melakukannya juga? Mungkin supaya tidak bingung, saya akan menggunakan contoh kasus sebagai berikut.

Misalnya begini, kamu mengirim sms atau bbm kepada temanmu yang isinya kira-kira seperti ini:

“Besok sepertinya saya nggak masuk kuliah, bisa minta tolong titip absen?”

Lalu temanmu membalasnya dengan kata “oke”. Selintas percakapan tersebut terasa sepele dan biasa-biasa saja. Namun bagi saya pribadi, ada perasaan yang berbeda saat saya membaca balasan “oke” dari teman saya itu dengan cara penulisan yang berbeda.
A
X: Besok sepertinya saya nggak masuk kuliah, bisa minta tolong titip absen?
Y: oke 

B
X: Besok sepertinya saya nggak masuk kuliah, bisa minta tolong titip absen?
Y: okee / oke!

C
X: Besok sepertinya saya nggak masuk kuliah, bisa minta tolong titip absen?
Y: oke…
Ketiga contoh percakapan di atas sebenarnya mempertanyakan hal yang sama dan memberikan jawaban yang kurang lebih maksudnya juga sama, yakni si orang Y menyetujui permintaan si orang X. Tapi jika saya menjadi orang X, perasaan saya setalah menerima jawaban dari si orang Y akan berbeda tergantung bagaimana iya menuliskan jawaban “oke” tersebut. Misalnya jika jawaban yang diberikan Y seperti pada contoh A, maka saya akan berpikir bahwa “Y setuju melakukan permintaan X, tetapi dia saat ini sedang sibuk sehingga menjawab permintaan X dengan sekenanya saja, mungkin juga sebenarnya permintaan X agak mengganggu Y meskipun ia tetap menyetujuinya”. Hal ini berbeda ketika Y memberikan jawaban seperti pada contoh B, maka saya akan berpikir seperti ini, “Y menyetujui permintaan X karena baginya it’s not a big deal, tidak merepotkan sehingga dia mengatakannya dengan semangat, ikhlas, atau dengan kata lain ‘no problem!’” tentu saja jika ia menjawab dengan cara menjawab tipe B ini si X akan merasa lebih lega dan tidak merasa sungkan kepada Y. Sedangkan jika Y menjawab dengan cara seperti pada contoh C, maka mungkin sebagai X saya akan merasa bingung, “apakah sebenarnya Y menyetujui permintaan X dengan ikhlas? Atau sebenarnya ia merasa ragu untuk membantu X namun tidak enak mengutarakannya? Apakah permintaan X terlalu menyulitkan bagi Y?” jujur saja tanda titik-titik di belakang kalimat “oke” pada contoh C bagi saya mengandung kegamangan.

Ya, semuanya hanya karena tanda baca. Mungkin saya yang over think soal penggunaan  tanda baca untuk menganalisa makna dari suatu bahasa tekstual ini. Namun fenomena ini sungguh nyata. Mungkin hal ini tidak kamu rasakan ketika kamu hanya menanyakan hal yang sepele kepada orang yang juga kamu anggap sepele. Namun bagaimana jika masalah tanda baca ini muncul ketika kamu sedang saling berkirim pesan dengan pacar atau orang yang sedang kamu taksir? Percaya atau tidak, penggunaan tanda baca yang tidak tepat acap kali membuat orang salah menangkap makna dari pesan tersebut (dan berujung pertengkaran, atau minimal...... kegalauan). 


Memang saya tidak pernah melakukan survei, baik yang kecil apalagi yang besar, menyangkut persoalan ini. Namun beberapa kali saya mendengar keluhan teman yang kira-kira isinya begini “Sumpah ya, kok dia bales bbm gue singkat-singkat banget? Mana nggak pakai tanda baca sama sekali....” atau dalam versi yang berbeda, “Ini orang maksudnya apa sih?  Kenapa jadi marah-marah ke gue?” sebuah keluhan yang muncul hanya karena mereka membaca sebuah pesan dengan tanda baca tertentu. Padahal pernahkah kamu juga berpikir bahwa kita tidak bisa memastikan seseorang itu merasa marah, sedih, senang, suka, atau benci hanya karena ia mengirim pesan dengan tanda baca tertentu atau tidak menggunakan tanda baca sama sekali. Ingatkah kita, bahwa bahasa tekstual sebenarnya tidak memiliki nada? Namun kemudian kita dapat mengimajinasikan nada bicara tertentu karena adanya penggunaan tanda baca tersebut. Asumsi-asumsi yang muncul begitu saja di kepala si penerima pesan (addressee), karena tanda baca yang digunakan si pengirim pesan (addresser). Mungkin inilah yang disebut the power of tanda baca ya!

Di sisi lain, bisa aja pemilihan tanda-tanda baca oleh si pengirim pesan dilatarbelakangi oleh hal yang sama sekali berbeda dengan dengan apa yang penerima pesan pikirkan, misalnya sebatas “memang begitu gaya smsnya”, “dia lagi males ngetik panjang aja”, “dia lagi buru-buru”, “dia tidak tahu tanda baca yang dia gunakan tidak tepat / salah”, “typo”, atau sesederhana “emang tuh orang bego aja dalam berbahasa”. See? Ada banyak probabilitas mengenai maksud bahasa tekstual yang ternyata sama sekali tidak berkaitan dengan perasaan (mood) si pengirim pesan.

Yaa, mungkin pesan moral yang bisa saya (dan sejuta addressee yang suka over think dalam menafsirkan pikiran si addresser) petik dari tulisan serabutan saya ini adalah, “Jangan berpikir terlalu jauh dan banyak menarik kesimpulan dari sebuah pesan atau bahasa tekstual hanya karena penggunaan tanda bacanya”. Sedangkan bagi para addresser pengguna sms, bbm, dan bentuk bahasa tekstual lainnya adalah, “berhati-hatilah dalam menggunakan tanda baca dalam bahasa tekstual”. Bagi kamu, mungkin tak ada maksud dan emosi tertentu yang terkandung dalam pesan yang kamu kirimkan. Namun ternyata sebuah titik dalam pesanmu, bisa berarti banyak hal bagi mereka, para penerima pesan.

special thanks to @mariaanastasiaa, twit Anda dan obrolan dini hari kita menginspirasi saya :)

5 comments:

  1. sama-sama, Nis! tulisan ini juga menyadarkan saya.. *hugs :')

    ReplyDelete
  2. hai mar heheh *baru liat komen *basi :p

    ReplyDelete
  3. kalau jawaban chatting seperti yg C, apakah dia tertarik/ tidak?
    thank's

    ReplyDelete
  4. Min, terus kalo orgnya keseringan pake tanda titik yang banyak bangeett itu gimana min? Soalnya menurutku kalo cewe sih biasanya ya biasa aja sih, kalo cowo yg simple pake banget kayanya ga akan mungkin mengetik dgn pke banyak titik? Hmm

    ReplyDelete
  5. Tanda baca penting dan menunjukkan karakter seseorang sih menurut aku.Kalo kebanyakan tanda seru dan tanda tanya setiap selesai kalimat kayak nya juga ga sopan.Setiap kata ada titik nya ,kayak nya orang nya kok o'on banged dan palsu.Kebanyakan sandiwara.Maaf kalo ga sesuai ,ini hanya masukan pribadi

    ReplyDelete