Meyembuhkan dan
menghilangkan bekas luka adalah dua hal yang berbeda.
Ketika darah
sudah mengering dan koreng telah terkelupas, namun bekasnya masih tetap
terlihat. Mungkin karena jaringan kulit baru yang tumbuh memiliki warna yang
berbeda dengan kulit yang semula, atau mungkin bekas luka itu hanya menyisakan
goresan kecil berwarna putih. Namun ketika kita melihatnya, bekas itu masih
ada. Tidak hilang.
Seperti perkara memaafkan dan melupakan. Seringkali dengan enteng aku mendengar atau mengucapkan “Ya sudahlah” atau “Sudah aku maafkan”, tanpa kusadari konsekuensi di balik kalimat itu. Bagiku memaafkan berarti telah memaklumi, menerima, dan berdamai dengan hal-hal tidak mengenakan yang pernah terjadi pada diriku. Memaafkan berarti telah memaklumi, menerima, dan berdamai dengan mereka yang pernah melukai hatiku.
Namun sekelumit
sisi gelap dari hati ini ternyata seringkali belum bisa melupakan. Ketika
pola-pola yang serupa dengan situasi yang pernah ku alami terjadi, memori ini
langsung mengidentifikasikannya dengan kejadian di masa lalu. Pikiranku pun terganggu. Hati ini
berjengit ngilu. Sama halnya seperti ketika kita melihat bekas luka yang
membuat kulit tak lagi sempurna, kita pun kembali ingat bagaimana cara kita
mendapat luka itu; rasa malu ketika terjatuh, rasa sakit ketika berdarah, dan
rasa perih ketika luka itu diobati.
Segalanya tak
lagi sama sejak kita terlanjur terluka.
Nuraniku kemudian
terusik, memprotes “separuhnya” yang pendendam itu.
No comments:
Post a Comment