Thursday 24 November 2011

Di balik Jendela Kereta

Di balik jendela kereta menuju Yogyakarta, aku tergoda. Untuk diam-diam menatapi wajah. Mencuri pandang ekspresi. Mendengar bisik-bisik percakapan. Mungkin untuk membunuh waktu. Mungkin juga karena dengan begitu kusadari bahwa di balik tubuh-tubuh yang bergerak terdapat kehidupan. Terdapat kisah. Menyadari bahwa setiap rumah, toko, jalanan yang kulihat dari balik jendela kereta memiliki penghuni, juragan, pejalan, yang masing-masing juga punya kisah. Megah ataupun sendu. Namun juga nyata. Menyadari bahwa kita bukanlah satu-satunya yang punya cerita dan rasa.

Kadang-kadang kita perlu melihat ironi agar lebih empati. Perlu analogi agar dapat berefleksi.

Atau mungkin, sekedar duduk diam di balik jendela kereta bisnis tanpa pendingin, untuk bisa menyadari realita.

(dan kereta Fajar Utama terus melaju menuju Yogyakarta)

No comments:

Post a Comment