Monday 29 July 2013

Juni : Sarjana Muda

Akhirnya setelah kurang lebih empat bulan berkutat dengan text book, konsep dan teori, fieldwork, rutin bertemu pembimbing setidaknya seminggu sekali (dan segala drama yang disebabkan oleh pembimbing saya itu), hari yang saya nantikan datang juga. Hari yang menentukan hasil kerja saya selama beberapa bulan terakhir ini; hari sidang skripsi.

12 Juni 2012.

Semakin dekat dengan hari-H, saya merasa semakin tidak karuan. Excited, paranoid.... semua bercampur jadi satu. Saya merasa ingin hari itu cepat datang, dan di sisi lain saya juga khawatir setengah mati. Belum lagi berbagai persiapan yang seolah-sepele-tetapi-membuat-gila seperti ngeprint skripsi, mengurus peminjaman ruangan, menyiapkan snack, hingga membeli baju baru khusus untuk sidang (karena ternyata saya tidak punya baju formal). Orang lain mungkin tidak seheboh itu yaa, tetapi saya sungguh merasa hari itu adalah hari yang sangat penting, dan rasanya tidak mungkin kalau saya tidak mempersiapkan segalanya dengan maksimal. Masa-masa persiapan sidang ini tentu saja turut melibatkan orang-orang terdekat saya seperti Mama, pacar, dan para sahabat, untung saja mereka siap sedia membantu, hehe.


Setelah menghadapi dewan sidang, Endang P.Gularso, MA, Dr. J.Emmed M. Priyoharyono, M.A, M.Sc, dan Lidwina Inge Nurtjahyo, S.H., M.Si, akhirnya saya dnyatakan lulus sebagai sarjana!

Sarjana dan memperoleh nilai A!

Alhamdulillahirrabilalamiin.

Terima kasih banyak untuk teman-teman yang meyempatkan diri untuk hadir pada hari penting saya. Terima kasih yang paling istimewa untuk Rizki Insani yang selalu mendampingi saya sejak skripsi ini masih berupa embrio dan segala bantuannya yang luar biasa :D

Mei : Naskah Akademis

Ada satu naskah yang sedemikian ingin saya selesaikan. Namanya skripsi. Satu syarat mutlak yang menentukan kelulusan saya dalam memperoleh gelar sarjana. Saya sudah memulainya sejak bulan Februari lalu, dan bulan Mei adalah tenggat waktu untuk menyelesaikannya. Ada banyak hal yang membuat semangat saya terbilang pasang-surut selama pengerjaan skripsi ini. Tidak bisa saya bilang sangat sulit, namun jelas sama sekali tidak mudah.

Untuk menyelesaikan pendidikan di program sarjana Antropologi ini, saya menyusun skripsi yang berjudul "Aturan Main Dalam Pergaulan Siswa SMAN 70 Jakarta".

Sebagai alumni sekolah tersebut, saya memang memilih bermain aman. Meski begitu, nyatanya di zona nyaman saya ini, segalanya tetap tak semulus yang saya bayangkan. Jika ada yang begitu menyita pikiran, tenaga, waktu, dan menjadi isi dalam doa-doa saya setiap hari sejak awal tahun ini, hal itu adalah harapan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Saya harap saya mampu.

Luka

Meyembuhkan dan menghilangkan bekas luka adalah dua hal yang berbeda.

Ketika darah sudah mengering dan koreng telah terkelupas, namun bekasnya masih tetap terlihat. Mungkin karena jaringan kulit baru yang tumbuh memiliki warna yang berbeda dengan kulit yang semula, atau mungkin bekas luka itu hanya menyisakan goresan kecil berwarna putih. Namun ketika kita melihatnya, bekas itu masih ada. Tidak hilang.

Seperti perkara memaafkan dan melupakan. Seringkali dengan enteng aku mendengar atau mengucapkan “Ya sudahlah” atau “Sudah aku maafkan”, tanpa kusadari konsekuensi di balik kalimat itu. Bagiku memaafkan berarti telah memaklumi, menerima, dan berdamai dengan hal-hal tidak mengenakan yang pernah terjadi pada diriku. Memaafkan berarti telah memaklumi, menerima, dan berdamai dengan mereka yang pernah melukai hatiku.

Namun sekelumit sisi gelap dari hati ini ternyata seringkali belum bisa melupakan. Ketika pola-pola yang serupa dengan situasi yang pernah ku alami terjadi, memori ini langsung mengidentifikasikannya dengan kejadian di masa lalu. Pikiranku pun terganggu. Hati ini berjengit ngilu. Sama halnya seperti ketika kita melihat bekas luka yang membuat kulit tak lagi sempurna, kita pun kembali ingat bagaimana cara kita mendapat luka itu; rasa malu ketika terjatuh, rasa sakit ketika berdarah, dan rasa perih ketika luka itu diobati.

Segalanya tak lagi sama sejak kita terlanjur terluka.

Nuraniku kemudian terusik, memprotes “separuhnya” yang pendendam itu.

“Separuhnya” yang ternyata masih berduka.

Wednesday 10 July 2013

April : Jarak

Belum genap seminggu sejak malam minggu kita yang terakhir.
Sabtu, hari kita melepas rindu.
Sabtu, waktu kita mencuri cumbu.
Sabtu, ketika kita belum tahu.
Bahwa atas nama masa depan, kamu sementara pergi.
Mengejar mimpimu. Menjelang hari yang memaksamu bangun pagi.
Katamu, aku mesti tunggu.
Dan kata mereka, tak bijaksana jika aku terus mengumbar haru.

Aku bilang aku cuma melagu, nada-nada yang kuberi judul rindu.
Selebihnya, soal cinta dan kata-kata semangat, sudah ku kemas dalam bingkisan yang hanya kamu yang tahu. Ku kirim dengan paket kilat yang tak pernah sampai terlambat. Hingga nanti, saat semua rasa tak perlu lagi kukemas, dan tersampaikan hanya lewat peluk yang paling erat.

Saat kita bertemu lagi, sayang.

Depok, 11 April 2013.
10.06 di tempatku. 12. 06 di tempatmu.

I miss you, Cil.

Maret : A Perfect Birthday

Entah harus bagaimana saya mengungkapkan rasa syukur di hari ulang tahun saya yang ke-22 ini. Tahun ini, hanya ada dua kata yang dapat mewakili gambaran hari ulang tahun saya ; manis dan utuh. Ini adalah kali pertama saya merayakan ulang tahun bersamanya, suatu hal yang saya inginkan selama ini. Hanya saja, ketika akhirnya benar-benar terwujud, saya tidak menyangka rasanya akan semenyenangkan ini :) Setelah kejutan manis yang ia berikan, ulang tahun kali ini juga dilengkapi dengan kehadiran sahabat-sahabat masa kecil saya. Orang-orang yang menyaksikan bagaimana saya bertambah dewasa setiap tahunnya dan paling mengenal saya. Saya rasa saya tidak ingin apa-apa lagi hari itu.



The surprise, the people, the flowers, and the gift that i get on my 22 birthday.......................... every single things. It's just perfect.

Alhamdulillahirabbilalamin :)

Februari : His Graduation Day

Saya bangga sekali ketika akhir tahun yang lalu ia memberi tahu saya tentang kelulusan dan nilai sangat memuaskan yang berhasil ia peroleh untuk skripsinya. Saya selalu menganggapnya pintar dan untuk itu saya mengaguminya. Kemudian ketika ia mengajak saya untuk turut hadir di wisudanya pada Februari lalu, saya sungguh bahagia :)


Di kemudian hari, saya menyadari bahwa kekaguman saya akan komitmennya soal pendidikan dan masa depan banyak mempengaruhi saya saat menyelesaikan skripsi saya sendiri. Ia adalah salah satu orang yang selalu membuat saya ingin menunjukan sisi terbaik dari diri saya, dan tidak mengizinkan diri saya untuk "kalah" darinya. Saya harap dapat selalu mendukungnya untuk banyak hal di depan sana dan tidak berhenti di hari kelulusannya.

Happy graduation, Love!